Oleh: H. Irsyad Syafar, Lc., M.Ed
Pada hakekatnya kepemimpinan dan kekuasaan itu adalah
untuk memudahkan jalan agar mengabdi kepada Allah Ta'alaa. Sebab, misi utama
seorang mukmin adalah menyelamatkan manusia dari penyembahan kepada manusia,
menuju penyembahan kepada Allah semata. Dan mengeluarkan mereka dari sempitnya
dunia menuju luasnya dunia dan akhirat.
Al Hafizh Ibnu Katsir dalam kitabnya Bidayah wan Nihayah
menyatakan:
"Orang-orang menyebutkan bahwa Khalifah Al Walid itu
obsesinya pembangunan. Sehingga rakyatnya juga begitu. Setiap orang yang
bertemu akan saling bertanya: "Apa yang sudah kamu bangun, berapa yang
sudah kamu kembangkan?".
Saudara Beliau, Khalifah Sulaiman, obsesinya adalah
perempuan. Akibatnya banyak rakyatnya juga sperti itu. Bila mereka bertemu,
maka akan saling bertanya: "Sudah berapa istrimu? berapa budak
perempuanmu?".
Sedangkan Khalifah Umar bin Abdul Aziz obsesinya adalah
tilawah Al Quran, menegakkan shalat dan beribadah kepada Allah. Akibatnya,
rakyatnya juga lebih kurang seperti itu. Bila mereka bertemu, satu sama lain
akan bertanya: "Sudah berapa wiridmu? berapa Al Quran yang kita baca?
sudah berapa shalatmu kemaren?".
Begitulah, RAKYAT BIASANYA MENGIKUTI "AGAMA"
RAJA (pemimpin) mereka. Bila rajanya pemabuk, maka bertebaranlah tuak. Bila dia
seorang homoseksual, maka banyaklah rakyatnya begitu. Bila dia penipu, maka
maraklah penipuan.
Sebaliknya, bila rajanya baik, pemurah, dermawan, kuat
agamanya, maka rakyatnya juga akan banyak yang baik, shaleh dan taat kepada
Allah Ta'alaa.
Dr. Thariq Suwaidan, seorang da'i dan sejarawan dari
Kuwait, dalam buku Beliau "Al Andalus, At Taarikh Al Mushawwar",
menceritakan sekelumit kisah tentang Andalusia saat ditimpa kemarau dan
paceklik:
"Ketika terjadi kemarau yang panjang di Andalusia,
Khalifah Abdurrahman Al Nashir mengirim utusan ke al-Mundzir ibn Sa'id, meminta
beliau mengimami orang-orang sholat istisqa'.
Saat didatangi utusan itu, al-Mundzir berkata:
"Bagaimana kabar Khalifah hari ini?"
Sang utusan menjawab: "Kami benar-benar tidak
melihat satu orang pun yang khusyu'nya melebihi Khalifah hari ini. Ia menangis,
bingung sendiri, mengakui dosa-dosanya, bermunajat pada Tuhannya, " Ya
Allah, apakah engkau akan terus menyiksa rakyatku karena dosa-dosaku? Engkau
adalah sebaik-baik pemberi keputusan.Tak satupun dosaku yang akan terlewatkan
dari-Mu."
Mendengar jawaban itu, wajah Al-Mundzir seketika berbinar.
Lalu ia berkata kepada utusan tersebut : "Wahai anak muda, jika penguasa
bumi telah tunduk, niscaya Penguasa langit pasti akan merahmati".
Sebelum orang-orang bubar dan pergi meninggalkan tempat
sholat, Hujan pun turun dengan sangat deras...
Setiap kita adalah (sedang dan akan menjadi) pemimpin.
Dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya. Mari kita mulai dari
diri sendiri... bertaubat kepada Allah. Semoga Allah mengampuni kita semua.
Wallahu A'laa wa A'lam.
0 komentar:
Posting Komentar