Alamat: Jl. Ikhlas III No.7, Andalas, Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat 25171

Minggu, 07 Januari 2018

KAEDAH DAKWAH 1: QUDWAH SEBELUM DAKWAH

Oleh: Ustadz Irsyad Syafar, Lc., M.Ed

DAKWAH SUATU KEMESTIAN

Tidak bisa dibayangkan seperti apa kondisi kaum muslimin tanpa para da'i di tengah-tengah mereka. Pastilah mereka akan terombang-ambing kian kemari, disambar para syetan dari kalangan jin dan manusia. Karena itulah Allah menghendaki adanya da'i yang menjadi sumber cahaya saat kegelapan, memberi petunjuk ke jalan kebenaran, memimpin umat dalam kebaikan, membebaskan mereka dari kesesatan berfikir, penyimpangan dalam keyakinan dan kerusakan dalam mengabdi kepada Allah. Para Nabi dan Rasul semua adalah da'i di jalan Allah. Dan Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam adalah pemimpin para Da'i sampai akhir zaman.

Allah ta'alaa berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا.

Artinya: "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru (Da'i) kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi." (QS Al Ahzab: 45-46).

Dan siapapun yang beriman yang mengaku sebagai pengikut Nabi Shallallahu alaihi wasalam, adalah berkewajiban mengemban amanah untuk berdakwah di jalan Allah. Sebagaimana Allah tegaskan:

قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Artinya: Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak (menyeru) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS Yusuf: 108).

Allah Ta'ala ingin menegakkan hujjah (alasan) kepada hamba-hambaNya dengan mengutus seorang Rasul dari jenis yang sama dengan objek dakwah. Yaitu sama-sama manusia, bukan dari kalangan malaikat. Agar manusia tidak beralasan nanti bahwa mereka tidak mampu beriman seperti Rasul disebabkan perbedaan jenis.

QUDWAH PILAR UTAMA DAKWAH

Rasul sebagai utusan Allah sekaligus sebagai Da'i yang jenisnya sama dengan kaumnya, sama-sama makan dan minum, tidur dan bangun, berjalan di pasar dan sebagainya, dijadikan qudwah (teladan atau prototipe) bagi kaumnya. Ketika masa kenabian telah berakhir, maka para ulama (juga para Da'i) yang menempati posisi (qudwah) tersebut. Sebab, kebanyakan manusia tidak bisa memisahkan antara dakwah dan da'i. Sebagaimana juga tidak bisa dipisah antara Rasul dan risalahnya. Karena sesungguhnya Islam adalah Dakwah dan Da'i sekaligus. Si pembawa dakwah harus mencerminkan dakwah yang dibawanya.

Nabi Shallallahu alaihi wasallam selaku Da'i kepada Allah, telah mengajarkan posisi keteladanan ini kepada sahabat-sahabatnya dan umat keseluruhan. Beliau adalah qudwah bagi setiap ayah, suami, teman, pendidik, murabbi, panglima, pemimpin, politisi, negarawan dan sebagainya. 

Nabi Shallahu alaihi wasallam mengilustrasikan posisi dirinya dalam hadita yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:

 أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الْخَلْقَ فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ فِرْقَةً ، ثُمَّ جَعَلَهُمْ فِرْقَتَيْنِ فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ فِرْقَةً ، ثُمَّ جَعَلَهُمْ قَبَائِلَ فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ قَبِيلَةً ، ثُمَّ جَعَلَهُمْ بُيُوتًا فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ بَيْتًا ، وَخَيْرِهِمْ نَسَبًا " . قَالَ أَبُو عِيسَى : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ.

Artinya: "Saya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, maka Dia jadikan aku sebaik-baik kelompok. Lalu Dia jadikan dua kelompok, maka aku adalah kelompok terbaik. Lalu Dia ciptakan manusia berkabilah-kabilah, maka aku adalah kabilah yang terbaik. Lalu Dia jadikan manusia berumah-rumah, maka aku adalah rumah yang terbaik dan nasab yang terbaik." (HR Tirmidzi, hasan).

Maka Beliau shallallahu alaihi wasallam seorang hamba yang khusyuk beribadah, suami yang penyayang kepada istri dan keluarga, ayah yang lemah lembut kepada anak-anaknya, teman yang setia kepada sahabatnya, panglima yang tangguh dalam perang, pemimpin yang kuat dalam memimpin dan penguasa yang adil kepada rakyatnya. Begitulah Allah mengkondisikan karena Qudwah (keteladanan) merupakan tonggak utama keberhasilan dakwah.

QUDWAH SENJATA UTAMA ISHLAH

Pepatah arab menyatakan "yang tidak punya apa-apa tidak akan bisa memberi apa-apa (فاقد الشيء لا يعطي). Takkan bermakna dakwah orang zhalim yang mengajak berbuat adil. Takkan ada pengaruh dakwah orang yang hidup mewah yang mengajak hidup sederhana. Takkan bernilai dakwah si pembohong yang mengajak orang lain berkata jujur. Dan tak ada  gunanya dakwah orang yang menyimpang bila mengajak orang lain untuk istiqamah.

Prinsip "mulai dari dirimu" adalah kunci keberhasilan dakwah. Tegakkanlah "negara Islam" dalam dirimu dan keluargamu, niscaya ia akan tegak dan hadir disekitarmu.

Islam tidak melarang seorang mukmin memiliki kendaraan yang bagus, pakaian yang bagus, harta kekayaan yang banyak, aroma parfum yang wangi dan pernak-pernik kekayaan dunia lainnya yang halal.

Namun, bila seorang da'i yang memiliki kekayaan seperti itu, saat ia berdakwah di depan khalayak ramai yang terdiri dari orang-orang kaya dan miskin, lalu ia berbicara tentang hidup sabar, tabah, qana'ah dengan rezki Allah dan hal lain yang semakna. Tentulah itu akan sangat mengiris hati kaum faqir miskin dan dhu'afa yang hadir di sana.

Kenapa demikian? Karena pembicaraan seperti itu tidak sejalan dengan kondisi dan realita si da'i yang berbicara. Sang da'i mungkin sangat memahami makna sabar, tabah dan qana'ah (secara teoritis). Tapi, kaum faqir miskin tidak saja sekedar paham. Justru mereka lebih merasakan dan mengalami apa itu sabar, tabah dan qana'ah. Itulah "makanan" mereka sehari-hari. Akan lebih mengena apabila sang Da'i menyampaikan seruan sikap dermawan, pemurah, peduli dan berbagi kepada para aghniya' (orang-orang kaya). Bila perlu, disampaikan dengan lebih tegas dan kuat. Dan kemudian langsung memberikan qudwah (contoh teladan) kepada mereka.

Islam memang adalah agama damai dan keselamatan. Mengajarkan kasih sayang kepada sesama dan menebarkan rahmat bagi semesta alam. Namun, akan terasa rancu jadinya, bila seorang Da'i berbicara perdamaian, mengajak umatnya untuk menebar kasih sayang, sementara di negeri itu umat Islam lagi ditindas, para ulama di penjara dan dipinggirkan, aktivitas keislaman dibelenggu oleh para penguasa. Harusnya pada kondisi itu seorang Da'i menyeru penguasa untuk menghormati para ulama, menghentikan penindasan dan kesewenang-wenangan terhadap umat.

Orang yang berkata tidaklah sama dengan orang yang berbuat. Dan orang yang berbuat juga tidak sama dengan orang yang berjuang (berjihad). Dan orang yang berjuang juga tidak sama dengan orang yang terus kokoh dan bertahan dalam perjuangannya sampai mendapatkan salah satu dari dua kebaikan; kemenangan atau mati syahid dalam kebenaran.

Qudwah (keteladanan) dalam dakwah adalah dakwah itu sendiri. Memperbaiki dan merubah dengan keteladanan, jauh lebih ampuh dan lebih bermakna. "Perbuatan satu orang dihadapan seribu orang, jauh lebih berpengaruh dari pada perkataan seribu orang dihadapan satu orang".

Perjalanan panjang dakwah Rasulullah saw dan para sahabat Beliau yang mulia, penuh dengan keteladanan. Tidak sedikit kemenangan dakwah terwujud karena adanya keteladanan. Orang-orang berduyun-duyun masuk Islam karena melihat dan merasakan qudwah pada diri Rasulullah saw. Begitu juga kemenangan Islam (futuhat Islamiyah) diberbagai negeri dan negara, dapat diraih karena mereka melihat qudwah pada diri para sahabat dan pejuang-pejuang Islam. Bahkan Islam masuk ke kawasan Asia Tenggara tanpa pedang dan peperangan. Qudwah yang ditampilkan oleh para saudagar yang berinteraksi dengan penduduk setempat telah memikat hati mereka. Sehingga mereka masuk Islam secara suka rela.

SIFAT UTAMA SEORANG DA'I

Agar seorang da'i dapat menjadi qudwah bagi umat dalam dakwahnya, maka hendaklah ia menghiasi dirinya dengan beberapa sifat (karakter) utama, diantaranya:

1.       Keimanan yang mendalam dan Aqidah yang lurus.
Hal ini diwujudkan dengan merealisasikan rukun iman yang enam dalam hati dan keyakinan. Seorang da'i mesti menjauhkan diri dari hal-hal yang akan menjatuhkannya kepada perbuatan syirik. Disamping itu, dalam kesehariannya ia memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Allah, yang diaplikasikan dalam ibadahnya yang terjaga (kualitas maupun kuantitas), baik shalat, puasa, sedekah, tilawah, dan ibadah mahdhah lainnya. Sebab, ibadah yang baik merupakan salah satu indikator keimanan.

2.       Bersifat Amanah, dapat dipercaya.
Ini merupakan sifat yang sangat mendasar bagi para Da'i di jalan Allah. Kebanyakan Nabi dan Rasul dimuliakan Allah dengan sifat ini. Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Luth, dan Syu'aib dinyatakan sebagai Rasuulun amiin (Rasul yang amanah) dalam Surat Asy Syu'ara. Nabi Yusuf dipuji Allah dengan Hafizhun 'Aliim. Hafizh itulah yang amanah. Nabi Musa juga disebut Allah sebagai seorang yang kuat lagi amanah (Al qawwiyul amiin). Begitulah, keberhasilan dakwah para Nabi ditopang dengan sifat mereka yang amanah.

3.       Ash Shidqu (benar dan jujur) dalam dakwahnya.
Mulai dari Shidqul Lisan (benar dalam ucapan), shidqun niyah (benar dalam niat/motivasi), shidqul 'azmi (benar dalam tekad), shidqul wafa' wal 'ahdi (benar dalam kesetiaan dan janji), sampai kepada shidqul amal (benar dalam amal). Allah memuji hamba-hambanya memiliki sifat ash shidqu ini:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

Artinya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)". (QS Al Ahzab: 23).

Berkata bohong, tidak ikhlas kepada Allah, tidak konsisten dalam kerja, sering mangkir dari kerja dakwah dan perjuangan, mengejar popularitas dan balasan dunia, semua itu merupakan indikasi hilang (lemahnya) ash shidqu dalam dakwah.

Seorang pujangga arab menyatakan (yang artinya):

Jika rahasia dan nyata dalam diri mukmin itu sama...
Maka dia mulia di dua kampung dan berhak mendapat puja...

Jika yang nyata menyelisihi  yang rahasia...
Maka tidak ada baginya melainkan susah dan nestapa...

4.       Penyayang, lemah lembut dan santun.
Ini juga merupakan sifat utama seorang da'i. Sebab, seorang da'i tugasnya adalah mengajak bukan menghukum. Allah Ta'alaa menyebutkan tentang pribadi Rasululah saw:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya: "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS At Taubah: 128).

Dalam ayat lain Allah nyatakan:

 فبِما رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ.

Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS Ali Imran: 159).

5.       Sabar dalam menjalankan dakwah.
Sebab jalan dakwah adalah jalan panjang, tidak terukur dengan umur seorang da'i. Jalan dakwah adalah jalan yang penuh cobaan dan ujian. Bukan jalan kesenangan dan kepuasan. Dijalan ini para Nabi, para Shiddiq, para Syuhada dan orang-orang shaleh telah merasakan berbagai penderitaan. Pembunuhan, penyiksaan, fitnah, celaan, penjara, pemboikotan dan berbagai kesusahan/keletihan telah dialami oleh da'i-da'i awal dari para Nabi dan Rasul. Tentulah takkan ada kemudian, da'i yang senang saja dalam dakwahnya. Allah berfirman:

وَلَقَدْ كُذ

ِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ.

Artinya: "Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu." (QS Al An'am: 34).

Wallahu A'laa wa A'lam.
(Sumber: Ad Dakwah Qawaid wa Ushul)

0 komentar:

Posting Komentar