Oleh: H. Irsyad Syafar, Lc., M.Ed
Hal yang paling berpengaruh bagi diri dan hidup seseorang
adalah yang selalu atau sering melekat dengan dirinya. Hal-hal tersebut, bila
menyenangkan maka akan membuat seseorang menjadi bahagia. Sebaliknya, bila
menyusahkan maka akan membuatnya menjadi sengsara.
Adapun hal yang sifatnya sementara, tidak berlama-lama
dan tidak dalam jangka waktu yang panjang, biasanya tidak terlalu berpengaruh
besar dalam bahagia atau sengsaranya seseorang.
Bagi orang yang beriman, pastilah mereka menginginkan
kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat. Dan bahagia di dunia itu adalah
suatu yang boleh dan dianjurkan, selama sesuai dengan arahan syariat Allah.
Bahasa Al Qurannya adalah kebaikan (hasanah) di dunia dan kebaikan (hasanah) di
akhirat:
وَمِنْهُمْ
مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
Artinya: "Dan di antara mereka ada orang yang
berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (QS Al Baqarah: 201).
Atau dalam bahasa ayat yang lain "hayatan thayyibah" (kehidupan yang
baik):
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ
أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ (97)
Artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan." (QS An Nahl: 97).
Nabi Muhammad SAW menjelaskan 4 kebahagiaan bagi orang
beriman di dunia dan sekaligus lawannya 4 kesengsaraan.
عن سعد بن أبي
وقاص - رضِي الله عنه
- عن رسول الله - صلى
الله عليه وسلم - أنه
قال: "أربعٌ من السعادة:
المرأةُ الصالحة، والمسكنُ الواسِع،
والجارُ الصالح، والمَرْكَب الهنيء،
وأربعٌ من الشقاء:
المرأة السوء، والجار السوء،
والمركب السوء، والمسكن الضيِّق."
(رواه ابن حبان، والحاكم،
والطبراني والبيهقي، وصححه الألباني).
Artinya: Diriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqash, bahwa
Rasulullah saw telah bersabda: "Empat hal yang termasuk kebahagiaan adalah
Istri yang shalehah, rumah yang lapang, tetangga yang baik dan kendaraan yang
nyaman. Dan empat hal yang merupakan kesengsaraan adalah Istri yang buruk
(akhlaknya), rumah yang sempit, tetangga yang buruk dan kendaraan yang tidak
nyaman." (HR Ibnu Hibban, Al Hakim, Thabrany dan Baihaqi, dishahihkan oleh
Albani).
Dari hadits di atas, maka kebahagiaan yang *pertama* adalah *istri yang shalehah*.
Sebagaimana dalam hadits shahih Muslim, Rasulullah saw menyebutkan bahwa istri
yang shalehah itu adalah perhiasan dunia yang terbaik. Ia akan mencintai
suaminya dengan tulus dan ikhlas, setia dan patuh kepadanya, rela dan qana'ah
dengan pemberian suami, menjaga harta suami dan anak-anaknya, serta menjaga
kehormatan dirinya sendiri.
Wanita shalihah itu juga adalah yang apabila suami
memandangnya, suami menjadi senang. Karena ia pandai berhias di depan suaminya,
bertutur kata sopan, memberikan senyum terbaiknya setiap hari. Dan bila suami
menyuruhnya, maka ia akan patuh dan taat kepadanya (selama bukan maksiat),
mengerjakannya dengan penuh penghormatan. Bahkan Rasulullah saw menyatakan
bahwa wanita ahli sorga itu adalah yang penyayang, banyak anak dan lemah
lembut. Malah bila dia dizhalimi maka dia letakkan tangannya di tangan suaminya,
dan dia berkata: "Ini tanganku di tanganmu. Tak akan aku kecap makanan
sebelum engkau redha kepadaku." (HR Daruquthni, dihasankan Albani).
Semua inilah kebahagiaan yang tak ternilai harganya.
Seorang suami pasti akan nyaman berada dan bersama dengan istri yang seperti
ini. Tak lama diluar rumah, ia akan segera ingin kembali. Bila bepergian jauh,
rasa rindunya tak tertahan di hati.
Sebaliknya akan menjadi kesengsaraan dan petaka bila
punya istri yang buruk akhlaknya. Tidak patuh dan tidak setia kepada suami.
Mudah senyum dan ramah kepada lelaki lain, tapi kepada suaminya sendiri justru
ketus, cerewet dan jarang senyum. Ia bisa tampil keluar rumah bagaikan ratu
sejagad, tapi di dalam rumah (saat suami di rumah) dia bagaikan pembantu rumah
tangga yang tidak menarik. Apalagi ditambah dengan tidak amanah dengan harta
suami, tidak sayang kepada anak-anaknya, mudah marah dan emosi, atau bahkan
kosa katanya yang tidak terpilih lagi menyakitkan. Pastilah hidup bersama istri
seperti ini sangat sengsara dan tertekan. Berada di rumah tidak nyaman, lebih
baik berlama-lama di luar.
Tentunya, kebahagian bagi istri adalah bila punya suami
yang shaleh. Sayang dan cinta kepada istri, menjaga dan membimbingnya dengan
penuh ikhlas. Memberikan kebutuhannya semaksimal mungkin. Meringankan bebannya
dengan dukungan fasilitas yang memungkinkan.
Kebahagian yang
*kedua* adalah *rumah yang lapang*. Sebab, rumah yang lapang akan membuat
hati menjadi lega. Udara dan oksigen yang berputar di dalamnya juga mencukupi.
Kebutuhan masing-masing anggota keluarga akan terakomodasi. Akibatnya pikiran
dan ide-ide akan selalu jernih dan terbuka. Privasi setiap orang juga
dapat terjaga.
Betapa senangnya suasana hati bila dalam kondisi rumah
seperti itu. Setiap suami yang baik haruslah terus berusaha sekuat kemampuan
untuk mengahdirkan "rumah bahagia" ini bagi anggota keluarganya.
Sebaliknya, adalah *sebuah kesengsaraan* bila tinggal di
rumah yang sempit. Suasana menjadi sumpek, ruang gerak menjadi terbatas,
privasi tak terjaga, perabotan tak bisa tertata dan juga tidak memadai.
Berlama-lama dengan suasana seperti ini tentu akan menjadi beban dan kesusahan.
Kebahagian yang
*ketiga* adalah *tetangga yang baik*. Yaitu yang peduli dengan tetangganya,
tidak mengganggu dan menyusahkannya. Saling menghormati dan menghargai hak
masing-masing, serta menunaikan kewajiban satu sama lain. Ringan tangan dalam
membantu dan tanggap akan kebutuhan tetangganya. Bisa dipercaya dan amanah,
serta mampu menutupi aib dan kekurangan orang lain.
Bila mempunyai tetangga sebaik ini tentulah akan sangat
bahagia. Suasana terasa nyaman dan lingkungan sangat kondusif. Tidak ada rasa
ragu, cemas, khawatir apalagi takut bila hidup berdampingan. Bahkan bila hendak
bepergian jauhpun, tetangga bisa dipercayakan untuk menjaga rumah (keluarga)
yang ditinggalkan.
Sebaliknya, adalah suatu kesengsaraan bila memiliki
*tetangga yang buruk.* Yaitu tetangga yang menimbulkan kesusahan, sering
mengganggu, tidak peduli kepada sesama dan hanya mementingkan diri sendiri.
Bila kita mendapat nikmat, dia cemburu dan iri. Bila kita dapat musibah dan
kesusahan, dia justru bahagia. Suka menfitnah, menebar gosip kian kemari, dan
lebih sering membuat permusuhan.
Bila hidup bersama tetangga yang seperti ini, pastilah
hidup terasa berat, susah dan sengsara. Setiap kali berjumpa atau berpapasan
hanya akan mendapatkan muka yang masam atau wajah yang sinis. Jarang bertegur
sapa kecuali sekadarnya. Kalaupun bisa berkomunikasi atau berbicara, maka
pembicaraan pun tidaklah terasa enak. Tidak jarang akan berakhir dengan
perdebatan atau perselisihan.
Kebahagian
*keempat* menurut Baginda Nabi SAW adalah *kendaraan yang nyaman.* Yaitu
yang memudahkan urusan pengendaranya. Memberikan kenyamanan, menyampaikan ke
tujuan dengan selamat dan lancar, sesuai dengan harapan. Kenyamanannya bukan
karena mahalnya harga, akan tetapi karena pengendaranya tidak merasa susah dan
letih di atasnya. Apalagi bila kendaraan itu adalah sarana untuk meluaskan
dakwah, menopang perjuangan amar makruf dan nahi mungkar.
Sebaliknya bila kendaraan itu menyusahkan, membuat
pengendaranya menjadi letih dan sulit, berakibat gagalnya banyak agenda dan
pekerjaan, maka itu tentunya sebuah *kendaraan yang buruk.*
Adalah suatu yang mubah dalam agama bila seorang mukmin
memiliki kendaraan yang nyaman, yang memudahkannya untuk beramal shaleh dan
berdakwah di jalan Allah. Nabi Shallallahu alaihi wasallam memiliki
kendaraan-kendaraan (tunggangan) pilihan di zamannya, yang cepat larinya dan
tangguh dibawa berjuang. Baik berupa kuda maupun onta dan beghal. Bahkan Beliau
memiliki tunggangan yang baik lebih dari satu.
0 komentar:
Posting Komentar